Serentak hati dan otak tersentak
Bergemuruh pada sesuatu yg terjadi
Pada hati yang bercabang, pada
hasrat yg berakar
Kelunglaian tercumbu cahaya-
cahaya kilat
Mencoba menerpa gemuruh
geluduk serta hujan dengan berdiri
tegak, kepala mendongak, tangan
kukipaskan seperti burung yang siap
terbang jauh tinggi
Dan membiarkan air hujan
membasahi tubuh ini
Namun bahwa intinya bukanlah
pasrah
Disini, ditanah makam cintaku,
takkan ku sirami air kembang, tapi
mulutku selalu mengkomat-
kamitkan doa untukmu, untuk
dirimu, untuk masa depanmu
Meski kuyakini engkau selalu
menjadi duri dalam daging bagiku
Dan biar ku perjelas, langkahku
takkan berbalik padamu...
Sampai Kapanpun....